Langsung ke konten utama

Virus Ceria di Tengah Pancaroba

拝啓 

Di suatu senja ketika matahari mulai terbenam, sebagai koas yang tengah jaga malam aku seperti biasa pergi ke bangsal. Koas pun menyapa "sore pak/sore bu" namun tak ada balasan, dilihat pun tidak. "pak/bu saya di sini loh. saya di sini" dalam hati. Adakah selama ini aku menyapa sendiri? yah bertepuk sebelah tangan. Baiknya senyumin aja, siapatahu yang disapa sedang ada masalah besar atau pernah disakiti oleh koas (jangan salah, banyak juga koas kurang ajar soalnya).

Fenomena macam itu sejujurnya cukup sering saya alami sebagai koas, namun perlu penilitian lebih lanjut. Hipotesa saya dari 10 sapaan, ada sekitar 3-4 yang pungguk merindukan bulan. tapi yang saya sayangkan, fenomena tersebut malah mendorong koas untuk berhenti menyapa duluan. Apakah karna takut cinta tak berbalas? atau ada faktor lain? beberapa bilang "buat apa nyapa tapi dijutekkin?" Benar juga sih. Aku pun kadang enggan menyapa karena takut. Padahal, kadang rezeki dimulai dari sapaan, lalu rezeki-rezeki lain berdatangan.

Sore itu aku putuskan untuk memberanikan diri. Meskipun pada akhirnya tak ada balasan dan tak ada senyuman. Lalu segalanya kulanjutkan dengan duduk di balik meja kerja. Memulai tersenyum dan membaca novel yang kubawa. Setelah menelaah beberapa rekam medis yang ada di depan mata, sisanya aku berdoa. Ya Allah, semoga ada rezeki hari ini, tepatnya saat ini, di momen ini.

Karena suatu hal, sudah sekitar tiga hari aku keingat teman lama yang hidupnya cukup ceria. Uniknya cerianya dia itu menular seperti flu saat pancaroba. Kalau ketemu dia bawaannya ikut ceria. ada aja yang bikin ketawa. Virus jutek dan virus penat bisa dikalahkan dengan mudah oleh cerianya dia. "kapan ya bisa ketemu lagi?" batinku terhadap dua dunia bak air dan minyak. "sibuk banget dia" Coba bayangkan teman kalian yang paling ceria, mungkin senyumnya dia bisa diadu siapa yang paling bisa membuat senyuman balik.

Sore itu secara ajaib dia muncul di depan mata. "lah???" kagetlah aku tiba-tiba dia muncul celingukan. "lah kamu ngapain?" timpalnya dari kejauhan. Setelah 1 jam diangguri sepi senyap hening hampa, teman lamaku ini memecah kebuntuan. Ibarat final liga champion Real Madrid vs Atletico Madrid skor kacamata, tiba-tiba Gareth Bale sprint dari tengah lapangan dan ngegolin. Semua fans Madrid sorak sorai bergembira. Keceriaanpun muncul ke permukaan menggenangi suasana sore itu. "lah lo lagi stase x?" tanyanya "yup" dan obrolan pun berlanjut dengan ceria.

Lalu rezeki rezeki lain pun berdatangan. 1: ada pasien yang kebingungan, kita yang standby bisa bantu mengarahkan. 2: ada mahasiswa keperawatan tiba-tiba konsul mengenai obat dan penyakit yang dia idap, sampai minta nomor whatssap di akhir. Weh alhamdulillah banget kalau ilmu kita bisa bermanfaat untuk orang lain. 3: ketemu dr. Suma spesialis anak, aku seumur-umur gak pernah berinteraksi. cuma kenal karena pernah dikasih kuliah. "malam dok" "weh kamu! stase mana sekarang?" dengan senyum sumringah penuh keikhlasan. padahal kan kenal aja kagak tuh. tapi kerendahan hati beliau luar biasa.

Karena hakikatnya adalah menyapa untuk apa dan untuk siapa. kebahagiaan membawa kebahagiaan. meskipun yang kita temui adalah kenestapaan, tetapi suatu keadaan dapat dimanipulasi oleh logika dan perasaan. sisanya adalah kuasa Tuhan yang kita lakukan hanya berdoa dan tetap berteman dengan keceriaan.

se"pele" menyapa kalau diniatkan untuk Allah untuk berbagi kebahagiaan sesama mahluk-Nya. siapa tahu Allah menjawab dengan kebahagiaan onset akut. pun tidak, insyaAllah ada kebahagiaan kronis yang menunggu di depan.

thanks to teman lama ku ini yang pada akhirnya membuat jariku hidup kembali.

to teman teman koas. tetaplah menyapa. kita tidak tahu ada rezeki apa di baliknya

copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar