Langsung ke konten utama

Koas Anak Klaten FK UGM Minggu 1

                 “Wah gue dapet klaten 8 minggu bro! Haduuh….”
                “Wah KKN jilid 2 gah”
                “duh alhamdulillah ya gak milih KKN jawa, kalau milih jawa terus dapet klaten juga, 4 bulan bro di Klaten!”
                “hahaha selamat jadi warga klaten, Gah!”

                Stase anak kali ini akan diisi dengan Klaten sebagai ibu Koas. Delapan minggu bukanlah waktu yang sedikit untuk sebuah stase 10 minggu. Sebenarnya aku menginginkan RSUD Banyumas sebagai rumah koas anakku, karena Banyumas sudah kuhapal betul kesehariannya. Tetapi apa daya takdir mempertemukanku dengan RSST Klaten. Sebuah rumah sakit pendidikan tipe B yang sedang mendongkrak dirinya menuju tipe A.
                Hari pertama di Klaten seperti biasa diisi oleh urusan-urusan administratif. Bertemu dengan mas Yanuar dan mas Brilly/Brilli (kita konsensus saja namanya mas Brilly). Mas Brilly adalah staf admin bagian Anak. Ditemui di ruang SMF, di pojokan, dan carilah orang yang selalu tersenyum. Sekitar satu minggu kulewati di Klaten, mas Brilly adalah salah satu alasan yang membuatku betah. Bukan karena aku homo, tetapi karena mas Brilly orangnya ringan tangan, mudah dihubungi, dan selalu memanggil kita “dok”.
                Setelah mendapat pengarahan dari mas Brilly, biasanya koas 8 minggu klaten akan dimulai di bangsal Bakung. Bangsal Bakung adalah rumah dari semua bayi-bayi yang perlu dirawat inap (selain NICU dan rawat gabung). Di sana kita akan menemui bayi-bayi yang imut tetapi menjadi tidak imut jika menangis dan harus diperiksa tiap 3 jam jika sedang jaga malam.


                Sebelum langsung ke Bakung, biasanya para koas mencari konsulen-konsulen anak yang tersebar di berbagai ruangan. Di RSST sekarang sedang ada 5 konsulen, 2 di antaranya konsulen yang baru. Dua konsulen baru itulah yang nantinya mengajari kami paling banyak. Orang bilang klaten tidak terlalu mendapat ilmu. Tetapi karena 2 konsulen baru tersebutlah kami sekarang menjadi lebih mendapat ilmu.
                DPK kami di sini adalah dr. Hendra salah satu konsulen baru selain dr. Arif. Pengalaman kami terhadap konsulen di minggu pertama masih minim. Namun satu hal yang pasti dr. Arif orangnya sangat ngajarin. Meskipun beliau sibuk, tetapi beliau masih mau menyempatkan waktunya. Resusitasi neonatus bersama dr. Arif (dan bayinya datangnya lama) adalah suatu kesempatan berharga karena di sana dr. Arif akan mengajarkan banyak hal.
                Lanjut di bakung, begitu sampai sana laporanlah dengan kepala ruang. Rata-rata perawat di sana baik. Ada yang cuek, ada yang perhatian. Carilah yang perhatian dan tak usah ambil pusing dengan yang cuek. Di sana kita dapat melakukan dan mencari kompetensi yang ada hubungannya dengan bayi. Atau bagi orang-orang yang mau menikah, bakung adalah tempat belajar bagaimana merawat seorang bayi.
                Jam kerja di bakung selesai pukul 14.00 tetapi jam mulainya kurang jelas. Ada yang bilang jam 9, ada yang bilang jam 7, ada yang bilang seikhlasnya. Tetapi saranku datanglah jam 7, karena biasanya ada follow up di sana. Kalau ada follow up, belajarlah dari situ, dan biasakan aktif. Di sini biasanya orang tidak terlalu peduli jika kamu tidak bertanya. Seperti kata pak Dumbledore di serial Harry Potter, Hogwarts ada bagi siapa yang meminta. Bertanyalah maka kamu akan diperhatikan. Tetapi terkadang kamu juga di”tendang”. Namun jika kamu tidak bertanya, kamu tidak akan pernah mendapat jawaban meskipun kamu juga tidak akan pernah di”tendang”. Bertanyalah, siapatahu kamu beruntung mendapat orang yang sangat ngajarin.
          “Tendang”: dicuekkin, dijutekin, disinisin. Hal-hal yang sudah biasa diterima koas selama menjalani masa bakti sekolahnya

Orang bilang minggu pertama bangsal bakung adalah bangsal yang paling santai. Kami akui bangsal ini memang santai. Oleh karena itu kamu bisa mengisi waktu luang dengan hal-hal lain seperti dhuha atau baca Qur’an. Tips belajar: buatlah KPJP (Koas penanggung jawab pasien). Contoh ada 15 pasien dan 3 koas. 1 Koas menjadi KPJP untuk 5 pasien. Masing-masing KPJP wajib memelajari kasus pasien yang di-KPJP-i. Mulailah dari identifikasi masalah pasien, barulah kemudian analisis target pasien. Kapan pasien harus boleh pulang? Dan apa syarat BLPLnya? Itula yang akan difollow up tiap minggu dan masala yang diselesaikan tiap harinya.
Contoh: dapat pasien BBLR 2100gr dirawat di bakung hari pertama. Masalah pasien tersebut adalah BBLR. Lalu pikirkan target masalah/penyelesaian masalah. Apa saja syarat pasien BBLR boleh pulang? (ada 5 syarat, cari sendiri ya). Lalu 5 syarat itu dicoba dipenuhi setiap harinya dan dalam pemenuhan syarat adakah masalah baru yang harus diselesaikan?. Cara belajar seperti itu cukup efektif di bangsal ini dan dapat digunakan secara universal.
Mengenai tugas fakultas; refleksi kasus, tutorial, mini-Cex, osler, dan lainnya (banyak juga ya). Koas anak akan dibagi-bagi oleh mas Brilly siapa-siapa saja yang akan mengampuhnya. Teknis dari itu pun berbeda-beda. Tipsnya yang penting tetap selalu semangat mengejar konsulen, diimbangi dengan pengertian bahwa konsulen juga seorang manusia yang punya keluarga. Sejauh ini kami baru dengan dr. Mus. Dokter mus orangnya ngajarin banget, suatu anugerah diskusi dengan beliau. Tetapi beliau sibuk, jadi harus semangat menunggu di Bakung.


Oiya ada satu cerita lagi yang belum kuceritakan, JAGA MALAM. Jaga malam merupakan momok tersendiri bagi koas dan mungkin residen. Jaga malam stase anak khususnya karena pasien yang harus dijaga cukup banyak, kerjaannya juga banyak, dan jam tidurnya relatif sedikit (terkadang tidak ada) dibanding stase lain. Apalagi jaga malam di Sardjito dan keesokan harinya harus laporan pagi.
Namun, kita bahas jaga malam di Klaten saja. Jaga malam di Klaten lebih manusiawi dibanding jaga malam di Sardjito. Seringnya perawat di sini dan residennya baik-baik, sehingga jaga malam relatif lebih menyenangkan meskipun jaga. Waktu tidur pun relatif lebih banyak dibanding jaga di Sardjito. Asrama pun dekat jika dalam perjalanan jaga ternyata kita butuh sesuatu.
        Jaga malam di Klaten ada 3 tempat yang harus dijaga. Sekarang kita bahas jaga malam di bakung (kamar bayi Klaten). Kamar bayi (KBY) klaten tidak seperti romusha di RS X, jika di RS X kita harus menjaga lebih dari 50 pasien dan ada pasien yang diperiksa tiap 1 jam. Di klaten pasien seringnya berjumlah kurang dari 20 dan pengawasannya paling ketat 3 jam.
        Kesan umum Klaten di minggu pertama cukup menyenangkan dan manusiawi. Banyaknya materi yang harus dikuasai diimbangi dengan waktu yang relatif cukup banyak. Orang bilang kekurangan Klaten adalah variasi kasus yang sedikit. Mungkin hal itu memang benar (karena kita baru bangsal bayi), tetapi dengan datangnya dr. Arif dan dr. Hendra dapat mengimbangi kekurangan tersebut. Semoga di Klaten koas anak bisa mendapatkan ilmu dan mendapatkan sebuah keluarga dalam belajar menjadi seorang dokter yang benar.

sumber gambar:
stylearena.net
theteachersdigest.com
Instagram Koasulen

               

copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar