Langsung ke konten utama

Koas Banyumas FK UGM

Hai! Sudah lama kita tak bertemu di ruang semu. Detik-detik dimana jari ini sedang mengetik adalah detik-detik menjelang Real Madrid vs Atletico Madrid. 00:40 tepatnya, 1/3 malam paruh kedua, 1/3 malam si pengapit. Berdiri di dalam pikiranku sebuah ide tentang Banyumas dan segala cerita di dalamnya.
                Semua berawal dari tangan mbak Ning, sang Admin Koas Mata. Mbak Ninglah yang membawa nasib dua orang bernama Amgah dan Vian ke Banyumas. Rumah Sakit jejaring paling jauh kedua setelah Cilacap (Pati tidak masuk hitungan). Momok bagi orang-orang yang ingin berada di sekitar Jogja. Momok bagi kami yang belum pernah ke sana.
                Namun, mari kita putar balikkan layar laptop. Banyumas berarti petualangan baru, Banyumas berarti cerita baru. Aku dan Vian akhirnya menentukan mobil pribadi sebagai moda angkutan kami, harapannya di sana nanti bisa jalan-jalan pribadi juga. Berangkat hampir maghrib, dengan harapan sampai di Banyumas sekitar jam 20.00
                Pepatah memang benar, acapkali kenyataan tak sesuai dengan harapan. Alih-alih pukul 20.00 kami baru sampai pukul 21.30. Sebenarnya kami tak terlalu memasalahkan hal itu, tapi yang kami salahkan adalah jalan yang kami ambil adalah jalan yang salah!. Jalan yang kami lalui mendaik tak manusiawi benar-benar 60 derajat tanpa belokan ke kanan atau ke kiri, lurus plek lurus. Sekalinya menurun kami harus melewati hutan belantara, sekalipun rumah, pastilah gelap gulita. Saran kami untuk kalian, di ujung perjalanan janganlah ikuti G**gle Maps/W*ze, ikutilah papan jalan! Dan belok kananlah di perempatan besar.
                Puji syukur Alhamdulillah kami tetap sampai ke tujuan tanpa kurang sedikitpun. Tibalah kami di lembaran baru buku Banyumas, tempat hal-hal menyenangkan akan lahir cukup bulan. Kebahagiaan pertama kami adalah bapak X. Bapak X ini menurut kami adalah seorang pegiat, karena setiap pagi pukul 6.00 pasti dia sudah mengetuk pintu kos kami
                “Tok, tok, tok, pagi mas sarapan mas ada nasi uduk dan nasi rames”
                Perut pun menjawab “Pak kami beli 6 bungkus”
                Tapi otak dan mulut masih sinkronisasi “1 orang beli 1 bungkus pak, tambah lauk 2 ya”
                Bapak X menjawab “baik dek, totalnya 5500 ya”
                Dompet kaget tersentak “5500?? Bahagialah di sini”
                Jangan salah meskipun murah, masakan si bapak ini bersih higienis dan porsinya cukup tidak kurang. Tulisan ini dapat dibuktikan dari konsistensi feses kami yang tidak encer dan masih padat. Tidak seperti makan di *piip* begitu pulang aku dan vian langsung…
                “Yan, kamu sakit perut gak? Kok aku mules ya”
                “Lah kamu juga gah? Aku juga”
                “cus…….” Hati-hati memilih makanan di Banyumas, tapi tak masalah kalau sudah terbiasa
                Kebahagiaan kedua kami berasal dari Rumah Sakit Banyumas itu sendiri, tepatnya staff dan keajaiban Tuhan yang membawa dokter Dora sebagai residen pembimbing kami. Dokter Dora, dr. Yusuf, dr. Ovi, dan dr. Dian adalah orang yang baik dan menyenangkan. Jika mencari ilmu, kami paling dapat dari dr. Dora. Jika mencari obrolan asik, carilah dr. Ovi (beliau konsulen ya). Sehari-hari poli kami pun berjalan santai dan nyaman, otomatis semangat menemani setiap hari.
                Kebahagiaan ketiga kami datang dari jalan-jalan pribadi, kini harapan dan kenyataan ternyata akur. Setelah mendapat rekomendasi dari dr.Dora yang hobi melancong, kami langsung berangkat ke purwokerto. Tempat-tempat yang wajib kalian jamahi versi on the AmgahVian adalah soto sokaraja dan es Duren depan Gor Satria. Selain itu kalian dapat membeli getuk goring sebagai oleh-oleh khas BMS (panggilan sayang koas untuk Banyumas).
                Selain tiga kebahagian tersebut, kami pun juga mendapat cerita lucu. Ada saja pasien yang nyasar ke poli kami. Tidak sekali, tapi dua kali.
                “Baik dengan Ibu X, ibu X ada keluhan apa bu?”
                “Iniloh dok, saya kesemutan dok”
                “Matanya kesemutan bu?”
                “Enggak dok, kaki saya kesemutan, saya juga bingung kok sama dokter saya dirujuk ke poli mata ya dok. Apa kesemutan di kaki saya bisa sampe ke mata ya dok?
                Saya hanya bisa menjawab “Yaudah gini bu, daripada ibu rugi udah ngantri lama, kita periksa mata dulu aja ya bu ya”
                Nyasar yang kedua giliran teman saya Vian yang kena
                (Dengan bahasa Jawa yang saya masih belum bisa) “Ada keluhan apa pak ke sini?”
                “Ini loh dok, boyok (pinggul/low back pain) saya sakit”
                “lah keluhan mata pak maksudnya”
                “ooh mata, apa ya dok…”
                *Vian cek rekam medis* “Wah pak, bapak harusnya ke poli kulit di sebalah poli mata. Kok jadi ke poli mata pak”
                “Wah salah ya dok”
                Selain cerita menyenangkan, sebenarnya BMS menyimpan cerita horror. Sayangnya saya tidak mendapat pengalaman horror di sini. Namun yang saya rasakan benar terjadi adalah koas anak di BMS cukup horror, horror karena beban kerjanya. Jangankan poli anak, poli mata yang normalnya hanya sampai pukul 12-13, di BMS kami baru selesai pukul 14-15.
                Tapi setelah saya menjalani poli kulit di RS X yang beban kerjanya sangat ringan, percayalah lebih enak mendapat koas dengan beban kerja sangat berat (daripada sangat ringan). Kalau beban kerja sangat ringan, ilmumu sedikit, jam kerja nanggung (mau belajar gakbisa, mau main gakbisa, mau dapet pengalaman pun juga gakbisa, kamu Cuma bengong menunggu mainan hp). Koas sangat berat meskipun capeknya minta ampun, kita mendapat ilmu dan capek yang kita rasakan capek hasil hal bermanfaat.
Lalu menurutku, koas di luar kota lebih menyenangkan daripada dalam kota. Di luar kota kita akan merasuki dunia baru dan meninggalkan dunia lama. Ibarat alice in the wonderland yang masuk ke dunia pohon dan menjadi ciut bertemu kucing misterius atau pun kelinci jam weker. Namun tetap, semuanya ada positif dan negatif, tinggal bagaimana kita menyesuaikan dan menerima apa yang kita dapat.
                Sebagai penutup ini kubagikan tips untuk para koas atau pun pelancong yang ingin ke BMS.
  • 1.       Transportasi; pilihlah 1 di antara 2 pilihan; Travel Efisiensi / Mobil Pribadi. Wah harusnya saya dapat insentif karna sudah mempromosikan efisiensi
  • 2.       Akomodasi; pilihlah kosan pak Basiran, cari kamar di blok B atau C. Karena dekat dengan dapur umum dan ada WiFinya
  • 3.       Hari pertama masuk pukul 7.00, carilah satpam di depan pintu masuk (bukan pintu/palang parkir). Lalu ikuti titah pak satpam. Makanlah di kantin Neu dan Sarapanlah di bapak2 yang datang ke kosan pagi-pagi 
  • 4.       Jika membawa mobil pribadi, jalan-jalanlah ke sokaraja dan purwokerto. Aku entah mengapa tersihir oleh PWT (panggilan sayang koas untuk Purwokerto). PWT membuatku ingin menunjunginya berkali-kali karna selalu ada hal unik di pojok-pojok jalanan
  • 5.       Siapkanlah jiwa berpetualang lalu berpetualanglah. Apapun yang terjadi, secapekapapun itu, nikmatilah.



copyright to amgah.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato dan Gombal di Musim Pancaroba

Pidato: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua dan segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karna berkat rahmat dan karunianya kita dapat berdiskusi di dunia maya ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah pidato tentang musim pancaroba. Dewasa kini banyak sekali terlihat penyakit di lingkungan saya. Saat ini sedikitnya 5 orang telah terjangkit demam berdarah dan belasan lainnya terjangkit pilek. Di musim pancaroba ini hendaknya kita lebih extra waspada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Kita juga harus memerhatikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya mulai dari diri sendiri. Sampah-sampah dapat menjadi tempat genangan air bersih. Genangan air tersebut adalah SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH! Maka dari itu saya menghimbau kepada seluruh teman-teman untuk menjaga lingkungan kita jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari ganasnya demam berdarah. Di mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dar

Lima Tips Koas IPD FK UGM

Banyak sekali hal-hal yang tidak tertulis dalam peraturan namun dalam kenyataan sangat dipegang. Contoh; ketuk pintu saat hendak memasuki ruangan. Pastilah kertas peraturan semakin penuh jika setiap peraturan tidak tertulis ikut ditulis. Sayangnya masih ada saja beberapa koas yang mungkin lupa kalau ada hal tersebut. Oleh karena itu kewajiban bagi koas yang ingat untuk mengingatkan. Kalau yang lupa tidak mau mengingatkan, semoga Tuhan mengingatkannya. Namun, kita di sini tidak membahas peraturan tak tertulis melainkan tips tak tertulis. Beberapa tempo lalu -- di sini -- aku telah menuliskan bagaimana koas dituntut untuk memiliki inisiatif. Namun sayangnya, pendidikan kita tidak sinergis untuk mendidik kami menjadi pribadi inisiator. Contoh? Ada bagian dimana salah menginisiasi berakibat fatal, lebih baik manggut-manggut angguk-angguk. Lalu hadirlah artikel ini yang semoga dapat membantu Anda jika ingin IPD lebih bermanfaat. Tentunya pembaca lain sangat diundang untuk berbagi

Koas Penyakit Dalam FK UGM

Koas Ilmu Penyakit Dalam FK UGM Halo semua pembaca! lama tidak berjumpa di ruang maya ini. Semoga teman-teman, bapak, ibu, semuanya dalam keadaan sehat. Kali ini aku ingin bercerita tentang stase besar terakhirku. Kisah nano-nano yang tak terlupakan, tentunya tiap bagian hidup kita memiliki keunikan dan spesialnya masing-masing. Ini kisahku Sepuluh minggu tulang punggung dokter umum. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap bagian lain, IPD memang menyumbang peran besar. Sewajarnya punggawa ilmu penyakit dalam (IPD) menginginkan koasnya pintar-pintar. Berbagai program telah disiapkan oleh dosen-dosen kita yang luar biasa. Program pertama adalah bimbingan koas. Aku rasa tidak ada cerita khusus di bimbingan koas. Tips belajar sebelum stase?  Maaf ya menurutku pribadi tidak perlu. Saranku perdalamlah ilmu yang disukai; ilmu jual beli yang baik? ilmu agama? ilmu-ilmu yang bermanfaat yang mau diamalkan. Manfaatnya dobel; manfaat belajar + manfaat mengamalkan. Mengapa tidak perlu belajar